IPTN.. dalam kenangan

Membahas dunia penerbangan secara umum

Moderator: NF

User avatar
jedx
Technical Sergeant
Technical Sergeant
Posts: 321
Joined: 17 Jan 2007, 16:34
Location: BPT ( Bekasi Pinggir Tol ) ... Asline Ponorogo
Contact:

IPTN.. dalam kenangan

Post by jedx »

http://www.detiknews.com/index.php/deti ... idkanal/10


Bagaimana pendapat rekan2..?

===============
Dikutip dari salah satu Blog :

"Tuntas" sudah perjalanan salah satu BUMN yang pernah jadi kebanggaan nasional. PT Dirgantara Indonesia,yang dulu dikenal dengan nama IPTN, divonis PAILIT alias bangkrut oleh Pengadilan Niaga kita. Apa yah konsekuensi dari dinyatakan pailit? Saya pribadi gak tau persis, namun rasanya semua properti akan disita untuk kemudian entah dilelang atau apa dan dibagikan kepada pihak yang merasa dirugikan, dan bentuk real
dari perusahaan itu akan hilang di dunia nyata.

Hmm, suatu kisah sedih terpuruknya aset teknologi nusa dan bangsa. PT DI sendiri konon didirikan atas permintaan Habibie sebagai syarat agar beliau mau balik ke Indonesia karena sumbangsihnya diminta oleh
Pak Harto. BJ Habibie yang di domestik kadang dicaci maki, namun di dunia internasional, khususnya di dunia aviation dihormati banyak orang, dulunya adalah salah satu wakil direktur di perusahaan penerbangan
Jerman. Genius bangsa ini memegang hak paten perhitungan keretakan atom di badan pesawat, di mana paten maha penting ini sangat terpakai dalam manufakturing berbagai jenis pesawat. Tanpa jadi presiden pun
beliau sudah cukup kaya raya dengan royalti yang diterimanya, dan kini lebih memilih "mengasingkan diri" ke Jerman dan menikmati hari tuanya di sana sembari menemani sang isteri yang sakit, daripada tinggal di
domestik dan hanya menuai hujatan saja.

Dalam perjalanannya, PT DI sempat bekerja sama dengan Cassa untuk menciptakan pesawat CN-235 Tetuko. Langkah ini dilanjutkan dengan keberhasilan memproduksi pesawat, yang sekalipun masih memakai propeller, N-250, sebuah pesawat mesin ganda turbo ber-propeller, dengan kapasitas 50 kursi. Pesawat ini sempat dijajakan di berbagai negara. Laku atau tidaknya saya kurang tau. Namun yang jelas isu yang sampai ke telinga kita, dana reboisasi, adalah di"salahgunakan" dengan disalurkan ke IPTN untuk pengembangan proyek di sana. Di era krisis ekonomi, pesawat buatan IPTN pun sempat dijual ke Thailand, namun imbal baliknya adalah beras ketan dan bukan uang. Karenanya banyak yang menyindir sebagai teknologi tak guna karena cuma bisa
ditukar dengan beras ketan saja.

Selanjutnya, IPTN terus jatuh bangun, bahkan konon katanya, demi menghidupi perusahaan itu, panci pun sempat dibuat di sana. IPTN tidak bisa lagi menyusu di era reformasi, sedangkan badannya telanjur gemuk
karena kelebihan pegawai, dan ketidakseimbangan pemasukan serta pengeluaran. Akibatnya dengan berat hati, ribuan karyawan dipangkas, yang memicu pada demonstrasi yang berakhir di ujung pengadilan yang
membangkrutkan IPTN. Sebenarnya di situ banyak sekali pegawai yang bergelar doktor dan orang-orang pintar kita. Dulunya memang IPTN menjadi primadona, dan mampu memberikan kesejahteraan agak lumayan.

Kini orang pintar itu kita banyak yang putus asa dan bertebaran di berbagai negara. Padahal mereka sesungguhnya aset bangsa yang sangat berharga. Menurut seorang teman yang kakaknya adalah engineer
di IPTN, banyak jebolan IPTN yang kini direkrut oleh Boeing dan Mc Douglas. Bahkan, imbuh teman saya yang lain, Malaysia yang kini mulai melirik industri penerbangan, menempatkan para jebolan IPTN dalam
posisi yang tinggi di tempat mereka. Orang pintar itu sebenarnya banyak yang idealis. Mereka gak berpikir neko-neko. Namun karena keadaan memaksa, apa boleh buat kadang mereka harus mengorbankan
idealisme dan nasionalisme mereka, dengan memberikan kepiawaiannya kepada bangsa lain demi sesuap nasi sebagai penyangga hidup mereka. Sangat ridiculous apabila kesalahan dibebankan kepada mereka
semata, padahal mereka juga manusia biasa yang butuh kesejahteraan cukup.

Suatu ketika, saat kuliah di negeri utara sana, saya pernah berbincang dengan rekan yang tau banyak tentang IPTN. Saya tanyakan kepadanya, kenapa Pak Habibie ngotot menciptakan sesuatu yang akhirnya dilecehkan
orang karena ditukar dengan beras ketan? Apakah gak lebih baik kita konsentrasi pada pengembangan ilmu pertanian karena kita negara agraris? Bukankah teknologi secanggih itu belum berdaya guna buat kita
yang lebih butuh uang segar, sedangkan menjual pesawat itu tidak mudah?

Menurut teman yang satu ini, konsep pemikiran beda. Pak Habibie adalah seorang teknokrat dan teknolog. Tentulah tidak bisa dibilang sepandai ahli ekonomi yang mampu menghitung detail, ataupun yang maunya
langsung dapat uang segar dari suatu usaha. IMHO, kalau kita lihat, memang yang namanya teknologi dan RND itu adalah suatu investasi di masa depan. Hasilnya boleh jadi tidak nampak jelas di masa kini, namun itu tetaplah penting, karena suatu ketika kita harus jadi deasiner dan bukan tukang jahit. Tukang jahit cuma hidup dari order yang datang. Order tak datang matilah dia. Kalau desainer, dia sanggup berinovasi, untuk menyuguhkan desain terbaru bahkan memperluas market dengan kepiawaian dan desain ciptaannya. Namun untuk bisa ke sana, desain pun perlu belajar, perlu invest di bidang RND, dengan belajar dll. Sama halnya
dengan kondisi bangsa yang pengen maju, yang juga harus bersikpa seperti itu.

Pak Habibie, konon katanya, memegang konsep terbalik. Kalau ingin membuat suatu rumah, rumah yang ada kita bongkar dan pasang kembali, kemudian per bagiannya kita teliti satu per satu dan kita buat sendiri dengan skill dan kemampuan kita. Kalau harus belajar dari ilmu material, yakni apa itu bahannya, lantas belajar buat jendela dulu, lalu buat pintunya dll, akan memakan waktu yang lama. Langsung saja buat rumahnya, dengan demikian kita dengan sendirinya akan dituntut untuk belajar tentang window, pintu dll.

Harapan beliau, dengan melompat ke teknologi pesawat yang lebih tinggi, teknologi di bawahnya, dengan sendirinya akan terbawa, alias akan mudah kita kuasai. Membuat pesawat tidaklah mudah, dan tak banyak
negeri yang mampu melakukannya. Apabila teknologi dikuasai, kita akan bisa maju, dan di masa depan, sang penguasa teknologi lah yang menguasai dunia. Yang gak ngerti teknologi hanyalah jadi bangsa konsumer yang akan terus dibodohi dan sangat tergantung.

Namun harapan tinggal harapan. Badai ekonomi yang menerpa negeri kita akhirnya menghancurkan semua impian itu. IPTN sebenarnya masih produktif dan bahkan mampu melayani pesanan pembuatan sayap pesawat dari Boeing, Airbus dll. Jangan kaget kalau sesungguhnya saya pesawat jet komersial yang kita tumpangi sebenarnya adalah buatan kita juga. Apa hendak dikata, mungkin sudah garis tangan kita untuk gak perlu
menguasai teknologi tinggi. Atau barangkali belum waktunya buat kita ke sana. Kalau pertanian yang diandalkan,mengapa dalam teknologi ke sana, lagi-lagi kita tertinggal dari Thailand dan Vietnam, padahal kita dulu
mampu menghasilkan bibit padi seperti IR, Gogo Rancah dll?

Kadang memang dunia realita tidak seindah dunia idealis. Kadang impian kita memang sulit terwujud, meski itu kadang terasa menyakitkan. Entah ini adalah takdir ataukah ini masih bisa diusahakan. Yang jelas banyak
yang disayangkan apabila memang IPTN benar2 lenyap. Investasi teknologi akan lenyap begitu saja dan belum tentu bisa diwujudkan kembali di masa depan. Terus, para genius kita akan berkeliaran entah kemana, dan kini pun sudah banyak yang terpaksa melakukan hal itu. Pro kontra tentang IPTN sudah cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga. Namun apa boleh buat agaknya buah simalakama yang harus kita telan. Dimakan ibu mati tidak dimakan bapak mati. Tapi mengapa kita selalu dihadapkan pada pilihan buah simalakama? Apakah Tuhan sebegitu jahat hingga kita ditakdirkan harus selalu berhadapan dengan buah imalakama?

Au deh, dari kasus PLTN, IPTN, Freeport dll, kadang bingung, apakah kita benar ditakdirkan gak boleh menguasai teknologi tinggi itu? Apakah memang belum waktunya yah ke sana? Sekali lagi yang bingungin
juga kenapa kita harus selalu berhadapan dengan buah simalakama, dimana hasil yang mana pun gak menguntungkan kita? Cukup sudah buat saya pribadi untuk berbicara tentang IPTN. Hati ini jadi tambah
sedih melihat mantan aset yang pernah jadi kebanggaan bangsa. IPTN yang carut marut secara tak langsung mencerminkan pula carut marutnya manajemen kita semua. Tapi apa hendak dikata, barangkali itu sudah
takdir kita, dan kita perlu tanyakan Tuhn kenapa kita ditakdirkan begitu. Dan Tuhan mungkin akan "marah" ke kita, bukankah itu buah dari kebodohan kita sendiri, dan kenapa takdir yang disalahkan?

Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
Last edited by jedx on 05 Sep 2007, 14:07, edited 1 time in total.
User avatar
Wind Raider
FOUNDER
FOUNDER
Posts: 2314
Joined: 16 Jan 2007, 17:04
Location: Cirebon
Contact:

Post by Wind Raider »

"That 's the saddest moment of indonesian technology ".
User avatar
Fabian
Airman
Airman
Posts: 26
Joined: 18 Jan 2007, 00:42
Location: Jambi
Contact:

Post by Fabian »

Indonesia itu bisa bikin tapi gak bisa ngerawat.. :(

Salam,
User avatar
NF
Administrator
Administrator
Posts: 4082
Joined: 18 Jan 2007, 14:10
Location: semarang, jateng
Contact:

Post by NF »

teringat cerita waktu masih kecil......................negri ini punya pabrik pesawat terbang di bandung, yang di kepalai oleh NURTANIO.....,yg di buat GELATIK untuk nyemprot hama padi dan kelapa, juga beberapa jenis lainnya......pak guru ndak tahu...,mungkin anak anak ada yang ngerti....?
..............cerita dari guru ipa/ips waktu sd dulu..............
User avatar
Ravenchan
Gaero Public Relation
Gaero Public Relation
Posts: 740
Joined: 31 May 2007, 11:07
Location: M-E-D-A-N
Contact:

Post by Ravenchan »

IPTN ---> PT DI ---> pailit... inikah tanda kemunduran teknologi Indonesia?? semoga tidak..
User avatar
coyo
Chief Master Sergeant
Chief Master Sergeant
Posts: 812
Joined: 17 Jan 2007, 17:00
Location: Kota Jababeka, Cikarang
Contact:

Post by coyo »

Iya sayang banget, padahal klo liat peralatan disana canggih2. Sy dulu sempat kerja praktek & bikin tugas akhir disana. Suka liat salah satu tes pilot nya (alm.) terbang aerobatik pake SU-26.
Masih teringat juga waktu roll-out N250, yang rencananya cuma roll-out ternyata langsung maiden dan sukses. Suaranya cukup halus, gak seberisik CN-235. Katanya sih karena pake 6 blade propeller.

Sebetulnya secara teknologi, IPTN mampu membuat pesawat jet seperti proyek N2130.
Terakhir saya dengar IPTN menerima order dari malaysia untuk bekerja sama membangun pesawat jet pribadi sekelas LearJet.

Denger2 dari salah seorang "lulusan" IPTN, katanya kelangsungan hidup IPTN ini dulu "dijegal" ama IMF (waktu kita krismon dulu, jadi dana dari pemerintah buat IPTN dikurangi/dihapus) yg konon ketakutan klo IPTN dibiarkan berkembang bisa2 nanti menyaingi Boeing. Waktu sy masih kuliah dulu IPTN sudah mampu membuat part pesawat dari bahan komposit. Memang tidak secanggih pesawat Boeing Dreamliner yg sebagian besar terbuat dari bahan komposit utuh.
Walaupun demikian, sy yakin klo IPTN ditangani dengan baik, bisa jadi industri pesawat terkemuka paling tidak di Asia.

Hiks..... sayang banget......
Bahkan sy dulu sempet punya cita2 pengen kerja di IPTN, bikin pesawat beneran asyik 'kali yaa....
User avatar
tn
Staff Sergeant
Staff Sergeant
Posts: 229
Joined: 17 Jan 2007, 17:44
Location: seribu sungai (Banjarmasin)
Contact:

Post by tn »

inilah kita om...kadang sesuatu yg harusnya jadi kebanggaan,bisa menjadi kebencian bagi sebagian orng.saya dulu sering membayangkan kita bisa bikin sendiri trake pegasus (yg buatan afrika) ato peswat jabiru yg buatan aussie.di bikin dan di produksi anak negeri sendiri..eh kita malah berhasil menerbangkan tetuko...

tapi ternyata cerita2 sedih negeri kita ini selalu ada.....
negeri ini banyak yg genius tapi banyak juga troublemakernya.sad...sad...and sad again....
User avatar
Syafik
Major General
Major General
Posts: 4026
Joined: 22 Jan 2007, 13:24
Location: Gresik - Surabaya
Contact:

Post by Syafik »

Menyedihkan memang... ada pihak2 yang seneng dengan pailitnya PT. DI dan pihak yang menyesalkannya...
User avatar
x wing
Senior Airman
Senior Airman
Posts: 118
Joined: 06 Mar 2007, 10:23
Location: Pamulang
Contact:

Post by x wing »

Kalo menurut penerawangan ku.... cieee....

kalo rayap di dalam IPTN itu ga ada pasti IPTN masih berlanjut...

ada kisah nyata nih :

Dulu jaman nya karya Tulis... aku dapat di LAPAN (lembaga antariksa nasional) singkatnya: loh ko' sepiiii ya tempat ini ada pegawainya yang terlihat tapi terhitung jari..... waaaahhh kalo seperti ini cara kerja nya insinyur2x roket indonesia... gimana indonesia menginjakan kakinya di bulan ???? lah wong orang2x nya kerja nya santai... seolah-olah makan gaji buta


Ada lagi nih... BAPETEN (badan pengawas tenaga nuklir) .... aku kecipratan dana lebih dari projek2x nya Bapeten ini kalo pun cuman buat beli tahu goreng.... kata bos yang punya projek.. ini Dana harus habis !!!!! untuk setiap projek... BUUUUSEEEEETTTT kalo gitu enak banget RAYAP2x yang kerja di BAPETEN itu... hhhmmm makalah2x fiktif apa yang mereka laporkan ke atasan?!?!?!?!?!


DARI ini semua aku tarik kesimpulan dan pukul rata semua lembaga teknolgi di negeri ini perlahan tapi pasti AKAN GULUNG TIKAR !!! karena kerja nya Santai duit nya KUENCENG TENAN

pantes aja banyak OKB

mungkin peradaban bangsa ini akan pesat pada tahun 3000 kali yeee :-)
di tahun 3000 pasti akan ada AIR CAR dengan power supply superconductor atau anti meter

MAKA BERKEMBANG LAH PERADABAN BANGSA KU
Last edited by x wing on 05 Sep 2007, 12:52, edited 1 time in total.
User avatar
sakti
Staff Sergeant
Staff Sergeant
Posts: 269
Joined: 27 Aug 2007, 10:07
Location: Yogyakarta
Contact:

Post by sakti »

Tambahan lagi.

Sewaktu menghadiri Indonesian Resources (PPE) di Kemayoran th 2006.
Stand IPTN ikut serta. Bahkan IPTN juga memproduksi bagian pangkal sayap depan untuk Airbus.
Sayang seribu sayang...... tehnologi kebanggaan bangsa yang hancur akibat politik international. Betul sekali kata Pak Coyo bahwa menurut salah satu siaran TV swasta di negeri ini bahwa IMF mengharamkan dananya untuk mwmbiayai IPTN. Tentunya Bapak Bapak Pionir yang sudah almarhum maupun yang masih sugeng juga saya pribadi merasa sangat sedih dengan keadaan saat ini.
Post Reply