
28 Feb 2012

Selasa, 28 Februari 2012 , 08:25:00
Mengenal Komunitas Sakit Jiwa Aeromodeling Cibinong (1)
Beranggotakan Pejabat hingga Mahasiswa
Demi sebuah hobi, umumnya orang akan rela melakukan apa saja. Dan uang pun, tak lagi menjadi ukuran. Bahkan, jika dilakukan dengan sepenuh hati, hobi malah bisa memberi keuntungan lebih bahkan menjadi mata pencaharian. Seperti halnya para penggila aeromodeling yang tergabung dalam Sakit Jiwa Aeromodeling Cibinong (SJAC). Bukan sembarang komunitas. Sebab, perkumpulan ini diisi kalangan pejabat pemerintah, pengusaha hingga mahasiswa. Seperti apa?
Laporan: Ricki Noor Rachman
-------
Akhir pekan kemarin, sebuah pesawat terbang berlenggak-lenggok menari di langit Tegar Beriman. Melihatnya dari bawah, tak begitu jelas apakah pesawat tersebut asli dan ditumpangi seorang pilot, ataukah hanya pesawat mainan yang dikemudikan dengan remote control. Dengan suara yang nyaring, manuver-manuver yang dipamerkan tak jauh berbeda dengan gerakan pesawat seperti yang kita saksikan di layar kaca.
Lambat laun, pesawat itu terbang merendah dan hilang di antara deretan atap warga. “Itu pesawat mainan pakai remote control. Orang-orangnya ada di lapangan sana,” ujar warga sekitar Cibinong sembari menunjukkan arah ke sebuah tanah lapang di Kampung Cikempong, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong.
Pesawat mini tersebut dikenal masyarakat dengan sebutan aeromodeling. Meski dikendalikan dengan remote control, para pelakunya enggan menyebut pesawat mini dengan berbagai fungsi itu sebagai mainan. Karena jelas, selain sebagai sarana hobi dan rekreasi, ternyata aeromodeling juga digunakan dalam berbagai tujuan, seperti pemetaan wilayah hingga keperluan shooting film.
“Selain untuk senang-senang, aeromodeling digunakan sebagai sarana menimba dan memperdalam ilmu pengetahuan, serta
pencapaian prestasi olahraga kedirgantaraan,” tutur Humas SJAC, Mara.
Bersama SJAC, Mara aktif berkegiatan aeromodeling di akhir pekan. Pegawai swasta ini mengaku tergila-gila dengan pesawat kecil tersebut sejak remaja. Karena itu, Mara memberanikan diri bergabung dengan SJAC yang kini telah beranggotakan sekitar 20 orang. Terlebih, selain mengedepankan kekeluargaan, komunitas ini terus melakukan inovasi tentang teknologi aeromodeling.
“SJAC berdiri sejak 2005, digawangi Toto Puntodewo dan Osfanedi. Awal berkegiatan di Bekang Cibinong, lalu pindah ke Cikempong Cibinong. Selain menerbangkan pesawat dan heli model, kami juga berinovasi tentang teknologinya,” kata dia. (*)
***********************************************************************************
29 Feb 2012

Rabu, 29 Februari 2012 , 08:51:00
Mengenal Komunitas Sakit Jiwa Aeromodeling Cibinong (2)
Hilangkan Label Mahal, Terus Kembangkan Inovasi
TURNAMEN: Sebelum beraksi, pesawat-pesawat aeromodeling ini sedang diparkir di Lapangan Cikemping, belum lama ini.
Sakit Jiwa Aeromodeling Cibinong (SJAC) berdiri sejak 2005. Komunitas ini kerap menggelar kegiatan di kawasan Cikempong, Cibinong, hampir di setiap akhir pekan. Tak hanya menerbangkan pesawat miniatur, perkumpulan ini menggeber anggotanya untuk bisa berinovasi dan mengolah teknologi. Kini, SJAC beranggotakan 20 orang, yang terdiri atas kalangan pejabat pemerintahan, pengusaha hingga mahasiswa.
Laporan: Ricki Noor Rachman
Aeromodeling merupakan kegiatan mempergunakan sarana miniatur (model) pesawat terbang dan sejenisnya, untuk tujuan rekreasi, edukasi dan olahraga. Melalui kegiatan ini, para pelakunya berkesempatan menerbangkan pesawat terbang layaknya seorang pilot, meski tak berada di dalam pesawat.
Humas SJAC, Mara menjelaskan, sudah banyak jenis pesawat terbang yang diproduksi secara mini. Sebut saja pesawat layang dengan teknologi sederhana, hingga pesawat tempur modern dan helikopter dengan teknologi yang lebih canggih dan rumit.
Untuk dapat menerbangkan pesawat mini ini, tak bisa sembarangan. Ketepatan terbang (take off) serta pendaratan (landing) juga diperlukan untuk menjaga pesawat agar tidak rusak. Sebagai bahan bakar, aeromodeling biasa menggunakan metanol atau nitro metanol dan Castrol Oil.
Produsen Korea dan Jepang membanderol sebuah pesawat aeromodeling sekitar Rp3 juta hingga Rp5 juta. Memang aeromodeling bukan hobi yang murah. Terlebih, para pemilik pesawat ini juga harus menyisihkan biaya lebih untuk perawatan. Karena itu, SJAC mengakali tingginya ongkos perawatan dengan berbagai inovasi.
Mereka mencoba berkreasi dengan berbagai bahan pengganti spare part yang terbilang murah, hingga memproduksi sendiri suku cadang yang dibutuhkan.
“Karena kita ingin, olahraga ini nantinya dibilang murah. Selama ini aeromodeling dinilai mahal, padahal tidak. Tips dan trik untuk menjadikan olahraga ini murah, salah satunya dengan bergabung di sebuah klub atau komunitas,” terangnya.(*)
***********************************************************************************
1 Maret 2012

Kamis, 01 Maret 2012 , 08:50:00
Mengenal Komunitas Sakit Jiwa Aeromodeling Cibinong (3-Habis)
Mini dengan Multifungsi, Aktif Ikuti Perlombaan
Eksistensi Komunitas Sakit Jiwa Aeromodeling Cibinong (SJAC) terus berkembang. Tak hanya sebagai hobi di sela-sela kesibukan, komunitas ini menjadi rujukan bagi berbagai pihak yang membutuhkan bantuan pemantauan udara. SJAC juga memberdayakan anggotanya, sehingga bisa berkreasi menciptakan berbagai bahan pengganti (spare part) yang terbilang murah.
Laporan: Ricki Noor Rachman
---
Aeromodeling kini tak hanya menjadi sekadar hobi dan kesenangan. Karena itu, SJAC terus meningkatkan profesionalitas dan kemampuan dalam mengolah, mengendalikan serta memanfaatkan fungsi pesawat miniatur tersebut.
Penggunaan pesawat mini dapat memudahkan pekerjaan di berbagai bidang. Sebut saja dalam dunia perfilman, dimana pesawat mini ataupun jenis helikopter bisa membawa kamera dan membantu sutradara mengambil gambar dengan sudut yang dibutuhkan.
“Tentunya memanfaatkan jasa teman-teman di aeromodeling akan mengurangi pengeluaran produksi film. Dan kami pun dengan senang hati akan membantu,” ujar Humas Komunitas SJAC, Mara.
Biasanya, para penggiat aeromodeling mengasah kemampuan mereka melalui ajang atau perlombaan. Jenis olahraga ini kerap diperlombakan dalam berbagai kriteria. Di antaranya, lomba target shooter dengan sasaran balon udara, touch and go dan remote control combat.
Dari berbagai jenis lomba tersebut, remote control combat paling digemari para peserta dan penggila aeromodeling. Di berbagai daerah, biasanya lomba kombat (pertempuran, red) dilakukan dengan menggantungkan kertas panjang di bagian ekor pesawat. Peserta diharuskan saling memburu dan memutuskan ekor lawannya.
Dalam perlombaan ini, kelihaian, kelincahan serta akurasi sangat dibutuhkan. Tak jarang, tabrakan antarpesawat terjadi karena kurang pandai memainkan manuver.
Mengingat dana yang dibutuhkan dalam olahraga ini tak sedikit, Mara mengimbau para penggiat aeromodeling untuk bergabung dengan kelompok-kelompok pecinta hobi ini. Melalui komunitas, penggiat aeromodeling akan terbantu dalam mengatasi masalah yang cukup sulit, seperti memperbaiki kerusakan. Keunggulan lainnya, para penggiat hobi ini bisa mendapatkan informasi dan saling bertukar informasi serta keperluan lainnya.
Mara menambahkan, keamanan dan kenyamanan bermain merupakan prioritas utama bagi penggemarnya. Karena itu, aeromodeling membutuhkan lahan yang luas serta memenuhi standar untuk landasan pesawat.
Namun, bukan berarti hobi ini tak bisa dinikmati orang banyak. Keindahan manuver pesawat di angkasa menjadi pemuas hati siapa pun yang menyaksikannya. (*)