
Memahami cara kerja karburator difragma memang agak sedikit perlu kecermatan. Semua jenis karburator pada prinsipnya sama yaitu mencampur bahan bakar dan udara setepat mungkin, kalau kebanyakan udara ( lean ) mesin akan panas dan kalau kebanyakan bahan bakar ( rich ) mesin tidak bertenaga dan ruang bakar menjadi kotor oleh kerak sisa pembakaran.
Pada postingan saya terdahulu adalah bagaimana kita menyetel tekanan Pop Off yang sebesar 10 PSI. Tekanan tersebut harus pada saat karburator terpasang semuanya tetapi masih diluar mesin. Kadang kita menemukan bahwa tekanan pop off sudah benar tetapi pada saat mesin dihidupkan malah tidak mau di geber dan malah mesin mati, tetapi Idle nya cukup bagus. Pada saat gas pol kayaknya mesin kurang pasokan bahan bakar sehingga mesin mati. Masalah seperti ini diakibatkan oleh pasokan bahan bakar berkurang atau bahkan terhenti saat mesin digeber, sedang pada saat Idle hidupnya mesin normal. Ini mungkin disebabkan saat kita merakit kembali karburator tersebut tanpa mengukur jarak lengan pengungkit terhadap alur yang ada di kepala difragma. Bisa jadi yang seharusnya diafragmanya sudah menrik tuas lengan pengungkit pada saat diperlukan bahan bakar yang banayak tetapi karena mesin digeber tetapi karena jaraknya yang kurang tepat mengakibatkan langkah difragma menarik lengan ungkit jadi terlambat atau bahkan gerakan difragma tidak mengungkit sama sekali.
Pada karburator konvensional tinggi permukaan bahan bakar di karburator ditentukan oleh pelampung, bila permukaan bahan bakar terlalu tinggi maka otomatis juga mendorong pelampung keatas dan gerakan pelampung tersebut akan mendorong valve menutup. Jenis karburator konvensional hanya bisa digunakan pada pesawat yang hanya terbang datar saja karena kalau pesawat dipaksa terbang berbalik maka bahan bakar akan tumpah.
Untuk terbang Aerobatic maka karburator harus digunakan system diphragm agar pada saat pesawat jungkir balik bahan bakar tidak tumpah.
Di karburator difragma fungsi pelampung digantikan oleh selaput difragma, alat ini mendeteksi tekanan bahan bakar dibanding dengan tekanan udara luar. Bila tekana bahan bakar berkurang karena digeber maka difragma akan terdorong oleh udara luar karena tekanan udara luar lebih tinggi dari tekanan bahan bakar, demikian juga sebaliknya bila tekanan bahan bakar lebih tinggi dari udara luar maka difragma akan menarik tuas lengan ungkit untuk menutup valve.
Pada karburator DLE lengan ungkitnya terlalu tipis dan mudah patah kalau ditekuk beberapa kali, padahal untuk mendapatkan tekanan pop off tidak cukup hanya sekali kita membengkokan lengan ungkit ini. Setelah saya tau kelemahan ini maka tidak ada jalan lain kecuali permukaan lengan pengungkit harus dilapis dengan timah solder agar lebih kaku. Penyolderan dilakukan setelah posisi lengan ungkit sudah tepat pada pop off 10 PSI baru kita lepas untuk dilapis timah. Pelapisan timah memerlukan solder yang cukup panas sekitar empat ratus derajat celsius dan sebelumnya permukaannya dilumuri Tinol agar timahnya mudah melengket.
Postingan ini menjawab pertanyaan salah satu rekan Aeromodeller yang menanyakan by phone ke saya. Semoga para master gasoline engine sudi menambahkan bahkan mengoreksi bila dianggap perlu. Terima kasih.